Cara Duduk Makmum Masbuk ketika Imam Tasyahud Akhir
Pertanyaan:
Jika imam duduk tawarruk ketika tasyahud akhir, makmum masbuk duduk tawarruk atau iftirasy?
Jawaban:
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, ash-shalatu was salamu ‘ala sayyidil mursalin, Nabiyyina Muhammadin al-amin, wa ‘ala ahlihi wa shahbihi ajma’in. Amma ba’du.
Makmum masbuk adalah makmum yang tidak mendapat seluruh rakaat shalat bersama imam dalam shalat jama’ah. Dalam Mausu’ah Fiqhiyyah Kuwaitiyah (3/353) disebutkan:
أَمَّا الْمَسْبُوقُ ، فَهُوَ مَنْ سَبَقَهُ الإِمَامُ بِكُلِّ الرَّكَعَاتِ أَوْ بَعْضِهَا
“Adapun masbuk adalah orang yang terlambat mengikuti imam dalam semua rakaatnya atau sebagiannya”.
Oleh karena itu, ketika imam salam, maka makmum berdiri kembali untuk menyempurnakan rakaat yang tertinggal. Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana posisi duduk makmum masbuk ketika imam tasyahud akhir?
Pertama, mengenai tata cara duduk dalam shalat, apakah tawarruk, iftirasy atau iq’a, ini semua hukumnya sunah tidak sampai wajib.
Yang wajib adalah duduknya, namun cara duduknya apakah tawarruk, iftirasy atau iq’a, ini mustahab. Sehingga andaikan seseorang cara duduknya tidak sesuai tuntunan maka tidak sampai berdosa dan tidak sampai membatalkan shalatnya.
Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan:
قال أصحابنا لا يتعين للجلوس في هذه المواضع هيئة للإجزاء بل كيف وجد أجزأه، سواء تورك، أو افترش، أو مد رجليه، أو نصب ركبتيه أو أحدهما أو غير ذلك
“Para ulama mazhab kami tidak mewajibkan tata cara duduk tertentu di posisi-posisi tersebut, tidak dianggap sebagai hal yang dipersyaratkan dalam shalat. Bahkan bagaimanapun cara duduknya, itu sudah mencukupi. Apakah tawarruk, iftirasy, menjulurkan kedua kaki, menegakkan kedua lutut, atau menegakkan salah satunya, atau cara duduk yang lainnya, (itu semua sah)”. (Al-Majmu’, 3/450).
Kedua, ulama khilaf tentang yang disunahkan bagi makmum masbuk ketika imam sudah tasyahud akhir.
Ulama Hambali mengatakan makmum masbuk duduk sebagaimana duduknya imam. Jika imam tawarruk, maka makmum masbuq juga tawarruk walaupun dia belum tasyahud akhir. Berdasarkan hadis:
إنما جعل الإمام ليؤتم به، فلا تختلفوا عليه
“Imam itu diangkat untuk diikuti, maka janganlah kalian menyelisihinya” (HR. al-Bukhari no.722).
Al-Mardawi mengatakan:
والصحيح من المذهب أنه يتورك مع إمامه على الرواية الأولى كما يتورك إذا قضى
“Pendapat yang shahih dalam mazhab Hambali adalah bahwa makmum masbuk duduk tawarruk bersama imam sebagaimana tawarruk-nya imam ketika imam ada di akhir shalat” (AlInshaf, 2/222).
Al-Buhuti dalam kitab al-Iqna’ mengatakan:
ويتورك مسبوق معه في تشهد أخير من رباعية ومغرب تبعا له
“Makmum masbuk duduk tawarruk bersama imam jika imam tasyahud akhir dalam shalat ruba’iyah (4 rakaat) dan shalat maghrib, dalam rangka mengikuti imam”.
Demikian juga jika imam duduk iftirasy dalam shalat subuh atau shalat yang dua rakaat lainnya, dalam mazhab Hambali, makmum masbuk duduk iftirasy, dalam rangka mengikuti imam.
Ulama Syafi’iyyah memiliki kaidah bahwa duduk tawarruk adalah duduk pada tempatnya salam. Sehingga jika makmum masbuk belum salam walaupun imam sudah salam, maka makmum masbuk tidak duduk tawarruk, namun iftirasy. Berdasarkan keumuman hadis Abu Humaid as-Sa’idi tentang duduk tawarruk ketika rakaat terakhir. Dalam hadis Abu Humaid as-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu beliau berkata:
فإذا جلس في الركعتين جلس على رجلٌه اليسرى، ونصب اليمنى، وإذا جلس في الركعة الآخرة، قدم رجلٌه اليسرى، ونصب الأخرى، وقعد على مقعدته
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam jika duduk dalam shalat di dua rakaat pertama beliau duduk di atas kaki kirinya dan menegakkan kaki kanan. Jika beliau duduk di rakaat terakhir, beliau mengeluarkan kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya dan duduk di atas lantai.” (HR. Bukhari no. 828 dan Muslim no. 226).
Dalam riwayat lain:
حتَّى إذا كانتِ الرَّكعةُ التي تنقضي فيها الصَّلاةُ، أخَّرَ رِجْلَه اليُسرى، وقعَد على شِقِّه متورِّكًا ثم سلَّمَ
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam jika sudah sampai pada rakaat terakhir shalat, beliau menjulurkan kaki kirinya dan duduk langsung di lantai dalam keadaan tawarruk, kemudian salam” (HR. Abu Daud no. 730, dishahihkan al-Albani dalam Shahih Abu Daud).
An-Nawawi rahimahullah mengatakan:
المسبوق إذا جلس مع الإمام في آخر صلاة الإمام فيه وجهان . الصحيح المنصوص في الأم ، وبه قطع الشيخ أبو حامد والبندنيجي والقاضي أبو الطيب والغزالي والجمهور : يجلس مفترشا ; لأنه ليس بآخر صلاته
“Makmum masbuk jika ia duduk bersama imam di akhir shalat, maka ada dua pendapat. Pendapat yang shahih sebagaimana yang disebutkan dalam kitab al-Umm, juga dinyatakan oleh asy-Syaikh Abu Hamid, al-Bandaniji, al-Qadhi Abu Thayyib, al-Ghazali, dan jumhur ulama (Syafi’iyyah) adalah bahwa makmum masbuk duduk iftirasy, karena itu bukan akhir shalat” (Al-Majmu’, 3/431).
Wallahu a’lam, yang dikuatkan oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin dan al-Lajnah ad-Daimah lil Buhuts wal Ifta’ adalah pendapat pertama. Bahwa makmum masbuk mengikuti cara duduk imam.
Namun sekali lagi tata cara duduk ini hukumnya sunah, andaikan makmum masbuk menyelisihi imam dalam masalah ini pun tidak sampai berdosa dan tidak sampai membatalkan shalat. Wallahu a’lam.
***
Oleh Ustadz Yulian Purnama, S.Kom.
Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/38766-cara-duduk-makmum-masbuk-ketika-imam-tasyahud-akhir.html